Powered By Blogger

Sabtu, 26 September 2020

BELAJAR ARTI "SUKSES" DARI SEORANG BAYI : Sebuah Renungan Tentang Makna "Tawakal".

 

Putri kecil kami belajar merangkak

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

  

Beberapa hari yang lalu ketika dalam perjalanan pulang dari kampus, sebuah pesan WA masuk yang ternyata dari istri tercinta. Sebuah pesan berupa video. Ketika saya buka pesan video tersebut, ternyata isinya adalah video tentang perkembangan bidadari kecil kami.

Dalam video rekaman tersebut tampak putri cantik kami yang sedang belajar berjalan merangkak dan dia sukses merangkak dari kamar ke ruang keluarga. Saya senang sekali melihat video tersebut. Memang demikian yang sering dilakukan oleh istri saya, setiap ada kemajuan dari perkembangan si cantik akan direkam dan diforward ke saya.

Pembaca yang budiman, setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini sudah membawa potensinya sendiri-sendiri. Setiap bayi yang dilahirkan sudah dibekali oleh sang Maha Pencipta berupa fitrah untuk berkembang dan berproses sesuai blueprint yang telah dititipkan di diri anak tersebut. Di awal kehidupannya, sang bayi hanya menjalankan tugas perkembangannya untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan barunya.

Ketika mengamati perkembangan putri kecil kami, terkadang muncul pertanyaan-pertanyaan di pikiran, dari mana ia belajar merangkah? Dari mana ia mengetahui harus mulai merangkak? Dari mana ia bisa melatih teknik-teknik mulai merangkak? Dan pertanyaan-pertanyaan lain.

Seorang bayi tidak memiliki rekaman memori tentang urutan-urutan perkembangan yang harus ia jalani, karena ia belum pernah melihatnya. Lantas, dari mana sang bayi mengetahui kapan ia harus mulai belajar duduk, merangkak, kapan ia harus mulai belajar merangkak, kapan ia harys mulai belajar berdiri yang lanjut berjalan, dan lain-lain.

Semua tahapan-tahapan perkembangan tersebut secara alami dijalankan oleh sang bayi. Ya, sang bayi hanya menjalankan tugas perkembangannya saja sesuai yang ditetapkan oleh Allah swt, Tuhan Penciptanya. Sang bayi sangat tunduk dan patuh pada perintah Tuhannya. Sang bayi hanya mewujudkan "iradah" Allah swt yang tersimpan di dirinya. Sang bayi hanya sekedar menjalankan fitrah kehidupannya.

Kalau kita mengamati proses bagaimana seorang bayi belajar mengeksplorasi kemampuan-kemampuannya seperti tengkurap, merangkak, berdiri dan berjalan, kita akan mengetahui bahwa bayi tersebut tidak secara tiba-tiba bisa melakukannya, tetapi ia mencoba berkali-kali tanpa mengenal lelah dan terkadang mencoba beberapa cara ketika belum berhasil.

Sang bayi terus mencoba mengenali dan berlatih menguasai berbagai kemampuan yang ia yakini bisa dikuasai. Ia terus mencoba sampai akhirnya meraih kesuksesannya. Ia percaya dirinya pasti mampu yang dibuktikan dengan semangatnya untuk terus mencoba. Sang bayi tidak putus asa karena ia percaya pada Tuhannya. Di sini lah letak "Tawakal" nya sang bayi.

Merujuk pada proses perjalanan kehidupan seorang bayi tersebut, bagaimana dengan kita? Apakah kita mampu berperilaku seperti seorang bayi yang sedang belajar? Apakah tingkat tawakal kita kepada Allah swt sama seperti tawakalnya seorang bayi? Apakah ketika mengalami permasahan hidup kita mampu bersikap seperti seorang bayi? Apakah kita memiliki sikap optimis seperti optimisnya seorang bayi? Marilah kita merenungkan kondisi diri kita masing-masing. Semoga hasil perenungan diri ini mampu membuat kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Amin. []

 

Gumpang Baru, 30/06/2018

 

____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2. Penulis dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp +6281329023054 dan email : anc_saputro@yahoo.co.id.

 

Tidak ada komentar:

Postingan Populer