Powered By Blogger

Selasa, 22 September 2020

IBDA’ BINAFSIK, KONTRIBUSI NYATA KITA UNTUK MEMERANGI COVID-19

Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Saat ini seluruh dunia sedang berjuang melawan keganasan virus Covid-19. Ribuan orang telah meninggal menjadi korban. Berbagai negara yang mengalami pandemic penyebaran Covid-19 berjuang tanpa mengenal lelah untuk mengendalikan penyebaran virus tersebut, tidak terkeculi Indonesia. Pemerintah Indonesia berusaha mengendalikan penyebaran virus Covid-19 dengan mengajak keterlibatan setiap warga negara. Setiap warga negara diharapkan terlibat secara aktif dalam mengendalikan penyebaran virus Covid-19 yang cepat sekali penyebarannya.

 Sejak diumumkan secara resmi oleh pemerintah RI dengan ditemukannya 2 orang yang positif tertular virus Covit-19, hingga saat ini begitu cepatnya tingkat penyebaran virus Covid-19 tersebut. Kondisi ini seharusnya telah menyadarkan semua orang bahwa wabah virus Covid-19 ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja tetapi melainkan tanggungjawab semua warga negara. Wabah virus Covid-19 bukan masalah pemerintah saja melainkan masalah semua warga Negara. Tugas pengendalian penyebaran virus Covid-19 bukan hanya tugas pemerintah saja melainkan tugas kita bersama. Upaya penyembuhan pasien positif virus Covid-19 bukan hanya tugas tenaga kesehatan saja tetapi juga tugas masyarakat. Setiap orang yang menghuni tanah Indonesia memikul tanggungjawab untuk ikut mengendalikan dan menghentikan laju penyebaran virus Covid-19. Setiap jiwa yang menghuni setiap jengkal tanah Indonesia terikat tanggungjawab untuk ikut menghentikan laju penularan virus Covid-19.

 Peran pemerintah memang sangat besar dalam upaya pengendalian dan penghentian laju penularan virus Covid-19. Ketepatan strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah sangat menentukan keberhasilan upaya penanganan wabah nasional ini. Dan pemerintah Indonesia telah mengambil perannya dengan berbagai kebijakan untuk menghentikan penyebaran wabah Covid-19 ini. Walau dinilai sebagian orang usaha pemerintah masih banyak kekurangannya, tetapi kita sebagai warga Negara Indonesia sudah sepantasnya mengapresiasi usaha pemerintah dan mendukungnya dengan setiap kita menjalankan perananan kita dalam upaya penghentian wabah ini. Apa, bagaimana, dan dari mana kita menjalankan peranan kita dalam membantu pemerintah mengendalikan laju penyebaran wabah virus Covid-19? Darimana kita sebaiknya memulai menjalankan tanggungjawab kita sebagai warga negara yang taat dan sebagai bukti kecintaan kita pada negara?

 Pemerintah pusat maupun daerah telah berusaha semaksimal mungkin-walau masih banyak kelemahan dan kekurangan- untuk menghentikan wabah virus Covid-19 yang telah menghantui seluruh warga dunia. Maka sudah saat kini setiap kita menjalankan peranan kita sebagai warga Negara. Tidak perlu menunggu lama lagi untuk segera bertindak. Janganlah kita semua menyesal di kemudian hari karena tidak segera menyadari bahwa wabah virus Covid-19 ini adalah masalah kita bersama.

 Setiap orang dapat berkontribusi positif terhadap masalah bersama ini. Bagaimana caranya? Dengan menaati anjuran dan himbauan pemerintah untuk tetap di rumah (stay at home) dan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, rajin mencuci tangan, dan jaga jarak (social distancing). Sesederhana itukah? Ya, benar sekali, sangat-sangat sederhana. Kita hanya cukup tinggal di rumah saja. Boleh keluar rumah jika kondisi sangat terpaksa dan darurat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain kondisi darurat tersebut, lebih baik kita di rumah. Mengapa hanya tinggal di rumah dikatakan telah berkontribusi positif terhadap upaya penghentian wabah virus Covid-19? Ya, hanya dengan tinggal di rumah saja kita telah mampu menghentikan laju penularan virus berbahaya tersebut. Dengan kita tetap di rumah, maka potensi kemungkinan kita tertulari ataupun menulari virus Covid-19 menjadi berkurang.

 Renungkanlah. Jika kita dalam kondisi tidak terkontaminasi virus Covid-19 kemudian kita keluar rumah tanpa mematuhi protokol kesehatan dan berinteraksi langsung dengan penderita virus Covid-19, maka kita dapat tertulari tanpa kita sadari dan ketahui. Kemudian kita pulang dan berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga kita, maka semua anggota keluarga kita dapat ikut tertulari oleh kita. Kemudian setiap anggota keluarga kita karena ketidaktahuannya kalau ia membawa virus Covid-19 dalam tubuhnya, ia berinteraksi dengan orang lain maka bisa jadi seluruh orang di sekeliling kita akan tertulari virus Covid-19. Bayangkan, betapa mengerikannnya kejadian tersebut? Ingat, vaksin  untuk sakit karena virus Covid-19 belum ditemukan. Jadi, betapa berbahanya aktivitas keluar rumah tersebut. Tapi, semua bayangan mengerikan tersebut tidak akan pernah terjadi hanya jika hanya kita mau melaksanakan himbauan pemerintah yaitu tidak keluar rumah. Sederhana bukan? Ringan bukan? Bagian mana yang berat? Bagian mana yang sulit? Apakah perlu pemikiran tingkat tinggi hanya untuk memahami kondisi saat ini? Apakah perlu kita dibangunkan dan disadarkan dari tidur panjang kita bahwa kita saat ini sedang perang melawan musuh yang tidak terlihat dan sangat-sangat kecil?

 Tetapi mengapa fakta di lapangan masih sangat banyak sebagian dari kita  yang tidak mau atau enggan melaksanakan tindakan sederhana tersebut? Mengapa sebagian dari masyarakat kita belum menyadari bahwa bahaya yang sangat besar sedang mengintai kita semua? Mengapa masih ada saja orang yang masih berpikir bahwa virus Covid-19 masalah individual? Mengapa masih ada saja orang-orang yang menganggap bahwa wabah virus Covid-19 hanyalah strategi pengalihan isu? Mengapa masih ada saja orang-orang berpikiran sempit yang beranggapan bahwa masalah virus Covid-19 hanyalah lelucon politik saja? Mengapa masih ada saja orang-orang yang tidak menggunakan akalnya bahwa masalah virus Covid-19 hanyalah azab Tuhan untuk orang-orang yang tidak beriman, sedangkan orang-orang yang merasa beriman akan aman dari bahaya virus Covid-19? Mengapa masih ada saja orang-orang yang malas berpikir bahwa wabah virus Covid-19 hanyalah masalah perang akidah dan keimanan?

 Berapa banyak orang-orang yang masih mempercayai bahwa virus Covid-19 takut mendekati mereka hanya karena mereka menganggap dirinya beriman? Padahal kita pasti tahu bahwa diakui dengan pengakuan itu adalah dua hal yang berbeda. Setiap kita bisa saja mengaku-aku beriman, tetapi apakah benar kita diakui sebagai orang beriman? Apakah setiap pengakuan kita pasti juga dibenarkan oleh Tuhan yang Maha menciptakan alam semesta ini? Mengapa kita beranggapan bahwa Tuhan akan mematuhi pengakuan kita, sedangkan kita justru sebenarnya sedang menunjukkan keegoisan dan kesombongan kita? Dimana kita meletakkan keimanan kita, di hati atau di egoisme? Apakah selama ini kita menempatkan Tuhan sebagai zat yang kita butuhkan atau justru sebagai pesuruh yang harus selalu mematuhi keinginan dan hawa nafsu kita dengan balutan amal ibadah? Apakah benar bahwa amal ibadah dan kebaikan kita itu untuk Tuhan, bukan untuk kepentingan pribadi dan igoisme pribadi?

 Jika memang ibadah dan amal kebaikan kita persembahkan hanya untuk kepada Tuhan, bagaimana mungkin kita lantas merasa telah baik? Apakah kebaikan itu dinilai dari seberapa banyak kita mempersembahkan amal ibadah kepada-Nya? Kalau benar seperti itu anggapan kita, maka kita tak ubahnya menganggap bahwa Tuhan hanyalah pesuruh yang derajatnya rendah. Kasihan sekali jika ada orang-orang yang demikian. Tingkat keimanan dan ketauhidannya masih belum menjiwai dirinya. Mereka masih sangat rendah kadar keimanannya jika masih berperilaku demikian. Renungkanlah wahai para warga negara Indonesia! Mulailah dari diri sendiri untuk mencegah penularan Covid-19. Peran aktif setiap kita dalam mematuhi protokol kesehatan merupakan kontribusi nyata kita dalam usaha penanggulangan wabah pandemi Covid-19. Siapkah kita menjadi bagian dari warga negara yang ikut menyelamatkan negara kita dari kehancuran karena bahaya Covid-19? []

  

Tidak ada komentar:

Postingan Populer