Agung Nugroho Catur Saputro*)
Joe
Vitale - Best Selling Author of The Attractor Factor - dalam
buku karya terbaiknya selama 30 tahun yang berjudul The Awakened Millionaire,
menuliskan kisah hidupnya untuk mewujudkan misi kehidupannya menjadi seorang
penulis sukses. Joe menceritakan bagaimana dia memperjuangkan terwujudnyaa misi
kehidupannya menjadi seorang penulis di tengah himpitan beban hidup yang berat.
Di usia lima tahun, Joe kecil telah harus ikut bekerja dengan orang tuanya di pembangunan
rel kereta di sebuah kota kecil di belahan bumi Amerika Serikat. Dia harus rela
menghabiskan masa kecilnya - yang seharusnya untuk bermain dan mengeksplorasi
potensi diri - dengan bekerja keras di proyek pembangunan rel kereta api. Nasib
yang tidak berbeda juga di alami teman-teman dan tetangganya.
Sejak remaja, ia
mengetahui ia ingin menjadi seorang penulis. Dia sangat berhasrat untuk
menciptakan kegembiraan. Kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya yang
menyedihkan telah memunculkan semangatnya untuk menciptakan kebahagiaan. Dia
ingin membuat orang merasa lebih baik. Dia ingin membuat orang lain bahagia.
Dia ingin menulis cerita komedi atau drama humor agar orang lain tersenyum. Dia
ingin menulis buku-buku yang menginspirasi banyak orang untuk meraih kehidupan
yang lebih bahagia. Dia lelah menyaksikan kondisi buruk yang tidak bisa diubah
dan merasakan kesedihannya sendiri dalam bertahan hidup. Dia ingin membuat
perubahan dengan tulisan-tulisannya.
Hasrat menulis yang
menggebu semakin kuat ketika dia tumbuh dewasa. Beban dunia di sekitarnya
membuat ia bertekad untuk secepatnya mewujudkan keinginannya. Dia tidak tahu
akan jadi seperti apa nanti atau apa yang akan di tulis, tetapi dia tahu dia
ingin menulis. Dia tidak tahu bagaimana cara mewujudkan cita-citanya. Karena
tidak bersekolah, dia membuat program belajar mandiri. Dia membaca buku-buku biografi
para penulis, dan melahap buku-buku tentang teknik menulis. Karena tertarik
dengan potensi manusia, dia juga membaca buku-buku pengembangan diri,
psikologi, hipnotis, filsafat, dan metafisika. Buku-buku seperti The
magic of Believing mengubah hidupnya, mengajarkannya bahwa jika yakin,
dia bias melakukan apa pun. Bahkan menjadi seorang penulis.
Setelah dewasa, Joe
pergi mengadu nasib ke kota Dallas, Texas. Dengan membawa uang $2.000,- hasil
ia menabung sejak kecil, Joe merantau ke kota dengan membawa mimpinya bisa
menjadi seorang penulis. Di kota Dallas, dia berharap dapat memperoleh
pekerjaan yang layak dengan penghasilan cukup. Dia berencana akan bekerja penuh
waktu selama satu tahun, menabung, dan kemudian pulang mengambil cuti panjang untuk
mewujudkan mimpinya menjadi penulis. Tetapi ternyata harapannya kandas di
tengah jalan. Nasib baik belum berpihak kepadanya. Bekal uangnya telah habis
dan dia belum juga memperoleh pekerjaan yang layak.
Dia menjalani kehidupan
yang keras. Selama 15 tahun dia bertahan hidup di kota dengan berselimut
kemiskinan dan kesengsaraan. Dia menghabiskan beberapa bulan sebagai seorang
tunawisma, tidur di bangku gereja, di tangga kantos pos Dallas, di perpustakaan
umum, dan bangku-bangku stasiun kereta api. Stasiun kereta api merupakan tempat
yang paling keras. Bekerja pada pembangunan rel kereta api menjadi sumber bagi
kekuatan awal dirinya, keyakinannya, daya khayalnya yang liar, kesuksesannya
sebagai penulis, dan kesempatannya untuk membuat orang lain bahagia. Namun,
jalur yang dia pilih sekarang mulai mengejek dirinya, tidak dengan kata-kata,
hanya menatapnya begitu saja. Jalur itu dipercaya tidak membawa kesuksesan
baginya.
Dia terpuruk semakin
parah dan cepat. Dia menyaksikan sendiri ketika jiwanya yang pernah sekuat
balok marmer, perlahan-lahan retak oleh tangan pemahat ceroboh yang sepertinya
tidak punya visi. Dia putus asa. Dia meninggalkan tempat itu dengan sedikit
uang hasil dari pekerjaan serabutan dan berpindah ke kota Houston. Penulis yang
masih bermimpi itu melakukan semuanya. Dia melakukan banyak sekali pekerjaan,
beberapa di antaranya malah sangat tidak cocok bagi dirinya sampai-sampai dia
menangis dalam perjalanan ke tempat kerja. Seiring berjalannya waktu, dia
menikah dengan seorang wanita yang juga kesepian seperti dirinya. Mereka
berjuang bersama-sama. Mereka bekerja bergantian. Kadang-kadang istrinya
bekerja sementara dia menulis.
Selama beberapa tahun
kemudian, hasil karyanya berhasil diterbitkan. Dia menyaksikan drama yang dia
tulis diproduksi di Houston. Dia tidak menerima uang, tetapi merasakan
kesuksesan. Artikel-artikel tentang dirinya diterbitkan dalam majalah-majalah
nasional. Itu semua tidak menghasilkan banyak uang, namun membangun rasa
percaya diri dalam dirinya. Buku pertamanya keluar pada tahun 1984. Dia tidak
mendapatkan apa pun, tetapi itu menjadi batu loncatan baginya.
Karena dia bersikeras
mengejar mimpinya, keberuntungan menghampirinya. Ketika teknologi internet
muncul, dia mulai menulis secara online. Kemajuannya semakin pesat. Kesuksesan,
sedikit demi sedikit, mulai menghampirinya. Matahari mulai bersinar. Seiring
berlalunya waktu, dia menjadi semakin terkenal, menerbitkan lebih banyak buku, dan
diajak bermain dalam fim The Secret yang mengubah dunia. Dia
berhasil. Dia menjadi penulis. Dia membuat jutaan orang bahagia. Dan, sekalipun
uang tidak menjadi tujuan utamanya, dia berhasil mengumpulkan jutaan dolar
dengan menjadi penulis.
Sekarang dia memiliki
jutaan dolar. Sekalipun sudah makmur, panggilan jiwanya tetap sama. Tujuannya
masih sama. Misinya masih sama. Dia ingin menulis dan membuat orang lain
bahagia. Dia ingin mendapatkan keuntungan dari panggilan jiwanya. Dia ingin
mendapatkan keuntungan dengan melakukan perubahan. Dia ingin mendapatkan
keuntungan dari membantu orang lain, melayani, memberi inspirasi, dan melakukan
transformasi. Dan dia berhasil. Sekarang dia menjalankan misinya dalam hidup.
Kisah
di atas adalah kisah perjalanan kehidupan seseorang yang bernama Joe Vitale yang
memperjuangkan misi hidupnya yakni ingin membahagiakan orang lain melalui
menulis. Dia ingin menjadi seorang penulis. Dengan menjadi seorang penulis, dia
ingin memperbaiki hidupnya dan membahagiakan orang lain. Dan untuk mewujudkan
cita-citanya tersebut, dia rela menjalani perjalanan hidup yang sangat berat
dan melelahkan. Tetapi dia tidak pernah putus asa dari harapan terwujudnya
keinginannnya untuk menjadi seorang penulis. Berkat kegigihan dan perjuangan
tanpa mengenal putus asa, akhirnya cita-citanya terwujud. Akhirnya dia menjadi
seorang penulis yang sukses dan memiliki kekayaan jutaan dolar dari aktivitas
menulisnya.
Kisah
perjalanan hidup Joe Vitale di atas dapat menjadi inspirasi bagi kita semua
tentang bagaimana mewujudkan cita-cita dan semangat memperbaiki kehidupan. Dari
kisah kehidupan Joe Vitale di atas, kita dapat belajar tentang pentingnya
menjaga “spirit perubahan” dalam hidup menuju kehidupan yang lebih baik. Kehidupan
yang baik itu perlu diperjuangkan. Perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik
itu perlu dipersiapkan dan diupayakan secara terus-menerus dan tanpa putus asa.
Perlu tekad membara dan semangat berapi-api untuk mampu meraih kehidupan yang
lebih baik. Tidak ada perubahan kualitas hidup tanpa diawali dengan kelelahan
dan keletihan. Semuanya harus dijalani demi meraih kehidupan yang bahagia dan
yang diharapkan.
Kisah
perjalanan kehidupan Joe Vitale di atas jika kita kaitkan dengan filosofi hijrah,
maka kita akan dapat menemukan hubungan keterkaitan yang sangat erat. Spirit
hijrah yang dicontohkan baginda Rasulullah Muhammad saw akan mudah kita temukan
dalam kisah perjuangan hidup Joe Vitale. Walaupun Joe Vitale bukan seorang
muslim, tetapi spirit perubahan hidupnya mirip dengan spirit hijrahnya
Rasulullah saw. Ada ungkapan “lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa
yang mengatakan”. Dengan menggunakan filosofi ini, maka tidak ada salahnya
kalau kita mengambil pelajaran dan hikmah dari pengalaman hidup orang lain,
walau orang tersebut tidak seakidah dengan kita. Kita mengambil spirit
kehidupannya dalam memenangkan pertempuran melawan kesulitan hidupnya, bukan
akidahnya. Oleh karena itu, kisah kehidupan Joe Vitale di atas dapat menjadi
inspirasi dan motivasi kita dalam menjalani kehidupan ini.
Dalam
buku Kosakata
Keagamaan karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa kata “hijrah”
terambil dari kata bahasa Arab hajara
yang terdiri dari huruf-huruf ha, jim,
dan ra. Gabungan dari ketiga huruf
ini berkisar maknanya pada dua hal. Pertama, pemutusan hubungan/perpindahan
karena tidak senang, dan kedua, mengikat dan mengukuhkan sesuatu yang baik atau
yang buruk. Dari makna pertama, lahir kata hijrah Nabi saw. dari Makkah ke
Madinah akibat perlakuan buruk penduduk Makkah. Dari makna serupa dipahami
sabda Nabi saw, yang melarang berhijrah (meninggalkan sesama muslim karena
tidak senang kepadanya) lebih dari tiga hari (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam
bahasa keagamaan, hijrah adalah meninggalkan yang buruk sambil mengikat diri
dengan yang baik. Adapun yang ditinggalkan dan dinilai buruk itu meliputi
kondisi dan situasi masyarakat maupun keburukan diri sendiri (h.372).
Hijrahnya Rasulullah
saw dari kota Makkah menuju Madinah adalah untuk meninggalkan lingkungan yang
buruk menuju lingkungan yang lebih baik. Rasulullah saw. melakukan hijrah dalam
rangka memperbaiki kualitas dakwah Islam. Rasulullah saw. meninggalkan
lingkungan yang buruk dan kurang kondusif bagi perkembangan dakwah Islam untuk
berpindah ke lingkungan yang lebih baik. Jadi hijrah mengandung makna “spirit
perubahan” menjadi lebih baik dengan meninggalkan yang buruk. Spirit perubahan
menuju kondisi yang lebih baik inilah yang harus kita jadikan pedoman dalam
kehidupan kita. Kehidupan kita harus semakin baik. Hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin. Hari esok harus lebih baik dari hari ini. Masa kini dan masa
depan harus lebih baik dari masa lalu. Masa lalu tidak dapat kita ubah, tetapi
masa depan mampu kita bentuk menjadi lebih baik. Bagaimana wujud masa depan
kita semuanya bergantung bagaimana kita menjalani kehidupan masa kini.
Bagaimana kita mempersiapkan kehidupan saat ini akan menentukan wujud masa
depan kita. Masa depan kita adalah milik kita. Kita sendirilah yang
bertanggungjawab pada masa depan kita. Seberapa gigih dan seberapa kuat tekad
kita untuk menyiapkan bekal untuk masa depan, begitulah yang akan kita peroleh.
Rasulullah saw. melalui hijrahnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kita
harus berpindah dari kehidupan yang kurang/tidak baik menuju kehidupan yang
lebih baik. Hijrahnya Rasulullah saw. telah menyadarkan kita bahwa kita harus
memiliki keberanian untuk meninggalkan hidup yang kurang baik menuju kehidupan
yang lebih baik. Proses transformasi atau perubahan menjadi lebih baik itu
memerlukan kerja keras dan perjuangan yang terus-menerus dan istikomah. Spirit
perjuangan meraih kehidupan yang lebih baik harus terus-menerus menggemuruh di
dada kita. Teriakan maju pantang mundur untuk meraih hidup lebih baik harus
terus terdengar dalam pikiran dan hati kita.
Filosofi hijrah melalui
spirit perubahan menuju kehidupan yang lebih baik sebagaimana dicontohkan oleh
Joe Vitale di atas juga pernah penulis jalani. Dulu penulis hanyalah seorang
anak desa yang hidup dengan segala kesederhanaan dan minimnya fasilitas
penunjang kehidupan. Orang tua penulis bukanlah orang yang berkecukupan. Kami
sekeluarga sering hanya makan dengan lauk ikan asin yang digoreng dan bahkan
terkadang hanya dibakar dalam abu kayu bakar. Sampai lulus sarjana penulis
belum bisa mengendarai sepeda motor karena keluarga penulis memang tidak
memiliki sepeda motor. Ketika teman sebaya dan tetangga kanan kiri telah terbiasa
naik sepeda motor, penulis harus rela mengendarai sepeda untuk pergi ke sekolah
dan ke kampus.
Di tengah himpitan
kehidupan yang berat dan serba kekurangan tersebut, dalam diri penulis tersimpan
semangat kuat ingin memperbaiki kehidupan. Hanya karena realitas dengan harapan
sangat kontras, terkadang antara optimis dan pesimis hampir tidak terbedakan.
Bayangan kehidupan yang suram dan keinginan untuk meraih kehidupan yang lebih
baik terus membayangi pikiran penulis. Jika mengingat perjalanan hidup penulis
di masa lalu, terasa hati ini sangat sedih. Dulu penulis takut membayangkan
bagaimana masa depan penulis nanti. Dengan kondisi kehidupan seperti itu,
mungkinkah masa depan penulis nanti bisa lebih baik? Di tengah-tengah rasa
pesimis dan putus asa, penulis berusaha tetap menyisipkan walau tinggal sedikit
harapan dan rasa optimis bahwa penulis suatu saat nanti pasti mampu menjalani
semua ini dan mampu keluar dari jurang kemiskinan ini. Penulis yakin dengan
berusaha sekuat tenaga dan berdoa dengan memohon penuh harap kepada sang Maha
Pengabul doa, penulis pasti mampu meninggalkan kondisi kehidupan yang miskin
tersebut.
Alhamdulillah, berkat dorongan
spirit perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan iringan usaha, doa dan ridho orang tua,
penulis akhirnya mampu melalui ujian dan cobaan hidup tersebut. Setelah selama
2,5 tahun menjalani profesi sebagai guru honorer di SMA swasta, akhirnya
penulis dimudahkan Allah swt dalam menjalani tes seleksi CPNS dosen di
Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis akhirnya dapat menjadi dosen di UNS
sesuai cita-cita penulis sejak kuliah S1 melalui jalur tes tertulis. Penulis
sangat bersyukur dengan nikmat Allah ini. Keberhasilan penulis mendapatkan
pekerjaan yang layak merupakan kebahagiaan dan kebanggaan orang tua. Penulis
melihat sendiri bagaimana bahagia dan bangganya orang tua penulis ketika mengetahui
penulis lolos tes CPNS dan diterima menjadi dosen PNS. Profesi dosen adalah
sebuah profesi yang tidak pernah terbayangkan oleh kedua orang tua penulis. Ayah
penulis yang hanya lulusan PGA dan ibu yang tidak tamat SD mungkin tidak pernah
mengira kalau suatu saat nanti salah satu anak mereka akan menjalani profesi
tersebut. Dulu ketika penulis mengutarakan niat ingin ikut seleksi tes CPNS
dosen, ayah penulis berkata, “Opo le, tes dosen? opo kowe iso le”. Penulis pun
menimpali “kulo badhe nyobi rumiyin. Kulo nyuwun doa pangestunipun bapak”. Ayah
penulis kemudian menimpali lagi “Yo le, bapak mung iso dongake. Mugo-mugo kowe
iso lulus lan kelakon cita-citamu”. Penulis pun mencium tangan ayah dan
berangkat mengikuti tes seleksi CPNS di kampus UNS.
Tiga tahun kemudian
sejak menjadi dosen, ketika penulis mampu membeli rumah sendiri dari uang
hadiah lomba menulis buku, orang tua penulis sangat senang sekali. Akhirnya ada
anak mereka yang mampu memiliki rumah sendiri. Ketika mengetahui proses
pembangunan rumah sedang berlangsung, ayah senang sekali dan beberapa kali
menengok proses pembangunan rumah. Terlihat di wajah ayah pancaran cahaya rasa
bangga dan bahagia. Setelah beberapa waktu kemudian, kehidupan penulis semakin
membaik dan tingkat perekonomian juga semakin baik. Penulis pun akhirnya bisa
membelikan beberapa perlengkapan rumah untuk orang tua seperti lemari es, mesin
cuci, kompor gas, sofa tamu, dan lain-lain. Akhirnya sedikit demi sedikit
kehidupan orang tua penulis semakin membaik. Demikian juga kehidupan saudara
penulis juga semakin membaik perekonomiannya. Sekarang, kehidupan penulis dan
keluarga penulis Alhamdulillah sudah membaik. Penulis dan kakak penulis
sama-sama menjalani profesi sebagai dosen, sedangkan adik penulis menjadi guru
SMP.
Dari perjalanan
kehidupan yang pernah penulis jalani, penulis belajar arti sebuah perjuangan.
Optimisme dan spirit meraih kesuksesan hidup menuju kehidupan yang lebih baik
memang harus diperjuangkan. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Tidak ada waktu
yang terbuang percuma. Semuanya diperhitungkan oleh Allah swt. Allah telah menunjukkan
kuasa-Nya dengan mengubah kehidupan penulis dan keluarga penulis menjadi lebih
baik. Allah swt telah menunjukkan sifat Maha Pemurah-Nya dengan mengabulkan
doa-doa dan harapan penulis dan orang tua penulis. Hanya kepada-Nya lah penulis
berharap dan menyerahkan segalanya. Hanya ungkapan rasa syukur yang mampu
penulis panjatkan kepada-Nya. Semoga penulis dan keluarga penulis tetap menjadi
hamba-hamba yang pandai bersyukur dan memiliki jiwa rendah hati dan welas asih
pada sesama. Amin. []
Sumber
Bacaan :
Joe
Vitale. (2016). The Awakened Millionaire
: a Manifesto for the Spiritual Wealth Movement. New Jersey : John Wiley
& Sons,Inc.
___________________________________________
*)
Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas
Sebelas Maret (UNS), Peraih Juara 1 nasional lomba penulisan buku di Kemenag RI
(2007), penulis buku tersertifikasi BNSP, penulis dan pengiat literasi yang
telah menulis 30 judul buku, dan konsultan penerbitan buku pelajaran bidang
kimia dan IPA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar