Powered By Blogger

Selasa, 08 September 2020

MENGGAPAI SPIRIT HIJRAH MENUJU KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

 


Agung Nugroho Catur Saputro*)

 

Joe Vitale - Best Selling Author of The Attractor Factor - dalam buku karya terbaiknya selama 30 tahun yang berjudul The Awakened Millionaire, menuliskan kisah hidupnya untuk mewujudkan misi kehidupannya menjadi seorang penulis sukses. Joe menceritakan bagaimana dia memperjuangkan terwujudnyaa misi kehidupannya menjadi seorang penulis di tengah himpitan beban hidup yang berat. Di usia lima tahun, Joe kecil telah harus ikut bekerja dengan orang tuanya di pembangunan rel kereta di sebuah kota kecil di belahan bumi Amerika Serikat. Dia harus rela menghabiskan masa kecilnya - yang seharusnya untuk bermain dan mengeksplorasi potensi diri - dengan bekerja keras di proyek pembangunan rel kereta api. Nasib yang tidak berbeda juga di alami teman-teman dan tetangganya.

Sejak remaja, ia mengetahui ia ingin menjadi seorang penulis. Dia sangat berhasrat untuk menciptakan kegembiraan. Kehidupannya dan orang-orang di sekitarnya yang menyedihkan telah memunculkan semangatnya untuk menciptakan kebahagiaan. Dia ingin membuat orang merasa lebih baik. Dia ingin membuat orang lain bahagia. Dia ingin menulis cerita komedi atau drama humor agar orang lain tersenyum. Dia ingin menulis buku-buku yang menginspirasi banyak orang untuk meraih kehidupan yang lebih bahagia. Dia lelah menyaksikan kondisi buruk yang tidak bisa diubah dan merasakan kesedihannya sendiri dalam bertahan hidup. Dia ingin membuat perubahan dengan tulisan-tulisannya.

Hasrat menulis yang menggebu semakin kuat ketika dia tumbuh dewasa. Beban dunia di sekitarnya membuat ia bertekad untuk secepatnya mewujudkan keinginannya. Dia tidak tahu akan jadi seperti apa nanti atau apa yang akan di tulis, tetapi dia tahu dia ingin menulis. Dia tidak tahu bagaimana cara mewujudkan cita-citanya. Karena tidak bersekolah, dia membuat program belajar mandiri. Dia membaca buku-buku biografi para penulis, dan melahap buku-buku tentang teknik menulis. Karena tertarik dengan potensi manusia, dia juga membaca buku-buku pengembangan diri, psikologi, hipnotis, filsafat, dan metafisika. Buku-buku seperti The magic of Believing mengubah hidupnya, mengajarkannya bahwa jika yakin, dia bias melakukan apa pun. Bahkan menjadi seorang penulis.

Setelah dewasa, Joe pergi mengadu nasib ke kota Dallas, Texas. Dengan membawa uang $2.000,- hasil ia menabung sejak kecil, Joe merantau ke kota dengan membawa mimpinya bisa menjadi seorang penulis. Di kota Dallas, dia berharap dapat memperoleh pekerjaan yang layak dengan penghasilan cukup. Dia berencana akan bekerja penuh waktu selama satu tahun, menabung, dan kemudian pulang mengambil cuti panjang untuk mewujudkan mimpinya menjadi penulis. Tetapi ternyata harapannya kandas di tengah jalan. Nasib baik belum berpihak kepadanya. Bekal uangnya telah habis dan dia belum juga memperoleh pekerjaan yang layak.

Dia menjalani kehidupan yang keras. Selama 15 tahun dia bertahan hidup di kota dengan berselimut kemiskinan dan kesengsaraan. Dia menghabiskan beberapa bulan sebagai seorang tunawisma, tidur di bangku gereja, di tangga kantos pos Dallas, di perpustakaan umum, dan bangku-bangku stasiun kereta api. Stasiun kereta api merupakan tempat yang paling keras. Bekerja pada pembangunan rel kereta api menjadi sumber bagi kekuatan awal dirinya, keyakinannya, daya khayalnya yang liar, kesuksesannya sebagai penulis, dan kesempatannya untuk membuat orang lain bahagia. Namun, jalur yang dia pilih sekarang mulai mengejek dirinya, tidak dengan kata-kata, hanya menatapnya begitu saja. Jalur itu dipercaya tidak membawa kesuksesan baginya.

Dia terpuruk semakin parah dan cepat. Dia menyaksikan sendiri ketika jiwanya yang pernah sekuat balok marmer, perlahan-lahan retak oleh tangan pemahat ceroboh yang sepertinya tidak punya visi. Dia putus asa. Dia meninggalkan tempat itu dengan sedikit uang hasil dari pekerjaan serabutan dan berpindah ke kota Houston. Penulis yang masih bermimpi itu melakukan semuanya. Dia melakukan banyak sekali pekerjaan, beberapa di antaranya malah sangat tidak cocok bagi dirinya sampai-sampai dia menangis dalam perjalanan ke tempat kerja. Seiring berjalannya waktu, dia menikah dengan seorang wanita yang juga kesepian seperti dirinya. Mereka berjuang bersama-sama. Mereka bekerja bergantian. Kadang-kadang istrinya bekerja sementara dia menulis.

Selama beberapa tahun kemudian, hasil karyanya berhasil diterbitkan. Dia menyaksikan drama yang dia tulis diproduksi di Houston. Dia tidak menerima uang, tetapi merasakan kesuksesan. Artikel-artikel tentang dirinya diterbitkan dalam majalah-majalah nasional. Itu semua tidak menghasilkan banyak uang, namun membangun rasa percaya diri dalam dirinya. Buku pertamanya keluar pada tahun 1984. Dia tidak mendapatkan apa pun, tetapi itu menjadi batu loncatan baginya.

Karena dia bersikeras mengejar mimpinya, keberuntungan menghampirinya. Ketika teknologi internet muncul, dia mulai menulis secara online. Kemajuannya semakin pesat. Kesuksesan, sedikit demi sedikit, mulai menghampirinya. Matahari mulai bersinar. Seiring berlalunya waktu, dia menjadi semakin terkenal, menerbitkan lebih banyak buku, dan diajak bermain dalam fim The Secret yang mengubah dunia. Dia berhasil. Dia menjadi penulis. Dia membuat jutaan orang bahagia. Dan, sekalipun uang tidak menjadi tujuan utamanya, dia berhasil mengumpulkan jutaan dolar dengan menjadi penulis.

Sekarang dia memiliki jutaan dolar. Sekalipun sudah makmur, panggilan jiwanya tetap sama. Tujuannya masih sama. Misinya masih sama. Dia ingin menulis dan membuat orang lain bahagia. Dia ingin mendapatkan keuntungan dari panggilan jiwanya. Dia ingin mendapatkan keuntungan dengan melakukan perubahan. Dia ingin mendapatkan keuntungan dari membantu orang lain, melayani, memberi inspirasi, dan melakukan transformasi. Dan dia berhasil. Sekarang dia menjalankan misinya dalam hidup.

            Kisah di atas adalah kisah perjalanan kehidupan seseorang yang bernama Joe Vitale yang memperjuangkan misi hidupnya yakni ingin membahagiakan orang lain melalui menulis. Dia ingin menjadi seorang penulis. Dengan menjadi seorang penulis, dia ingin memperbaiki hidupnya dan membahagiakan orang lain. Dan untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, dia rela menjalani perjalanan hidup yang sangat berat dan melelahkan. Tetapi dia tidak pernah putus asa dari harapan terwujudnya keinginannnya untuk menjadi seorang penulis. Berkat kegigihan dan perjuangan tanpa mengenal putus asa, akhirnya cita-citanya terwujud. Akhirnya dia menjadi seorang penulis yang sukses dan memiliki kekayaan jutaan dolar dari aktivitas menulisnya.

            Kisah perjalanan hidup Joe Vitale di atas dapat menjadi inspirasi bagi kita semua tentang bagaimana mewujudkan cita-cita dan semangat memperbaiki kehidupan. Dari kisah kehidupan Joe Vitale di atas, kita dapat belajar tentang pentingnya menjaga “spirit perubahan” dalam hidup menuju kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang baik itu perlu diperjuangkan. Perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik itu perlu dipersiapkan dan diupayakan secara terus-menerus dan tanpa putus asa. Perlu tekad membara dan semangat berapi-api untuk mampu meraih kehidupan yang lebih baik. Tidak ada perubahan kualitas hidup tanpa diawali dengan kelelahan dan keletihan. Semuanya harus dijalani demi meraih kehidupan yang bahagia dan yang diharapkan.

            Kisah perjalanan kehidupan Joe Vitale di atas jika kita kaitkan dengan filosofi hijrah, maka kita akan dapat menemukan hubungan keterkaitan yang sangat erat. Spirit hijrah yang dicontohkan baginda Rasulullah Muhammad saw akan mudah kita temukan dalam kisah perjuangan hidup Joe Vitale. Walaupun Joe Vitale bukan seorang muslim, tetapi spirit perubahan hidupnya mirip dengan spirit hijrahnya Rasulullah saw. Ada ungkapan “lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan”. Dengan menggunakan filosofi ini, maka tidak ada salahnya kalau kita mengambil pelajaran dan hikmah dari pengalaman hidup orang lain, walau orang tersebut tidak seakidah dengan kita. Kita mengambil spirit kehidupannya dalam memenangkan pertempuran melawan kesulitan hidupnya, bukan akidahnya. Oleh karena itu, kisah kehidupan Joe Vitale di atas dapat menjadi inspirasi dan motivasi kita dalam menjalani kehidupan ini.

            Dalam buku Kosakata Keagamaan karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa kata “hijrah” terambil dari kata bahasa Arab hajara yang terdiri dari huruf-huruf ha, jim, dan ra. Gabungan dari ketiga huruf ini berkisar maknanya pada dua hal. Pertama, pemutusan hubungan/perpindahan karena tidak senang, dan kedua, mengikat dan mengukuhkan sesuatu yang baik atau yang buruk. Dari makna pertama, lahir kata hijrah Nabi saw. dari Makkah ke Madinah akibat perlakuan buruk penduduk Makkah. Dari makna serupa dipahami sabda Nabi saw, yang melarang berhijrah (meninggalkan sesama muslim karena tidak senang kepadanya) lebih dari tiga hari (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam bahasa keagamaan, hijrah adalah meninggalkan yang buruk sambil mengikat diri dengan yang baik. Adapun yang ditinggalkan dan dinilai buruk itu meliputi kondisi dan situasi masyarakat maupun keburukan diri sendiri (h.372).

Hijrahnya Rasulullah saw dari kota Makkah menuju Madinah adalah untuk meninggalkan lingkungan yang buruk menuju lingkungan yang lebih baik. Rasulullah saw. melakukan hijrah dalam rangka memperbaiki kualitas dakwah Islam. Rasulullah saw. meninggalkan lingkungan yang buruk dan kurang kondusif bagi perkembangan dakwah Islam untuk berpindah ke lingkungan yang lebih baik. Jadi hijrah mengandung makna “spirit perubahan” menjadi lebih baik dengan meninggalkan yang buruk. Spirit perubahan menuju kondisi yang lebih baik inilah yang harus kita jadikan pedoman dalam kehidupan kita. Kehidupan kita harus semakin baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hari esok harus lebih baik dari hari ini. Masa kini dan masa depan harus lebih baik dari masa lalu. Masa lalu tidak dapat kita ubah, tetapi masa depan mampu kita bentuk menjadi lebih baik. Bagaimana wujud masa depan kita semuanya bergantung bagaimana kita menjalani kehidupan masa kini. Bagaimana kita mempersiapkan kehidupan saat ini akan menentukan wujud masa depan kita. Masa depan kita adalah milik kita. Kita sendirilah yang bertanggungjawab pada masa depan kita. Seberapa gigih dan seberapa kuat tekad kita untuk menyiapkan bekal untuk masa depan, begitulah yang akan kita peroleh. Rasulullah saw. melalui hijrahnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kita harus berpindah dari kehidupan yang kurang/tidak baik menuju kehidupan yang lebih baik. Hijrahnya Rasulullah saw. telah menyadarkan kita bahwa kita harus memiliki keberanian untuk meninggalkan hidup yang kurang baik menuju kehidupan yang lebih baik. Proses transformasi atau perubahan menjadi lebih baik itu memerlukan kerja keras dan perjuangan yang terus-menerus dan istikomah. Spirit perjuangan meraih kehidupan yang lebih baik harus terus-menerus menggemuruh di dada kita. Teriakan maju pantang mundur untuk meraih hidup lebih baik harus terus terdengar dalam pikiran dan hati kita.

Filosofi hijrah melalui spirit perubahan menuju kehidupan yang lebih baik sebagaimana dicontohkan oleh Joe Vitale di atas juga pernah penulis jalani. Dulu penulis hanyalah seorang anak desa yang hidup dengan segala kesederhanaan dan minimnya fasilitas penunjang kehidupan. Orang tua penulis bukanlah orang yang berkecukupan. Kami sekeluarga sering hanya makan dengan lauk ikan asin yang digoreng dan bahkan terkadang hanya dibakar dalam abu kayu bakar. Sampai lulus sarjana penulis belum bisa mengendarai sepeda motor karena keluarga penulis memang tidak memiliki sepeda motor. Ketika teman sebaya dan tetangga kanan kiri telah terbiasa naik sepeda motor, penulis harus rela mengendarai sepeda untuk pergi ke sekolah dan ke kampus.

Di tengah himpitan kehidupan yang berat dan serba kekurangan tersebut, dalam diri penulis tersimpan semangat kuat ingin memperbaiki kehidupan. Hanya karena realitas dengan harapan sangat kontras, terkadang antara optimis dan pesimis hampir tidak terbedakan. Bayangan kehidupan yang suram dan keinginan untuk meraih kehidupan yang lebih baik terus membayangi pikiran penulis. Jika mengingat perjalanan hidup penulis di masa lalu, terasa hati ini sangat sedih. Dulu penulis takut membayangkan bagaimana masa depan penulis nanti. Dengan kondisi kehidupan seperti itu, mungkinkah masa depan penulis nanti bisa lebih baik? Di tengah-tengah rasa pesimis dan putus asa, penulis berusaha tetap menyisipkan walau tinggal sedikit harapan dan rasa optimis bahwa penulis suatu saat nanti pasti mampu menjalani semua ini dan mampu keluar dari jurang kemiskinan ini. Penulis yakin dengan berusaha sekuat tenaga dan berdoa dengan memohon penuh harap kepada sang Maha Pengabul doa, penulis pasti mampu meninggalkan kondisi kehidupan yang miskin tersebut.

Alhamdulillah, berkat dorongan spirit perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan  iringan usaha, doa dan ridho orang tua, penulis akhirnya mampu melalui ujian dan cobaan hidup tersebut. Setelah selama 2,5 tahun menjalani profesi sebagai guru honorer di SMA swasta, akhirnya penulis dimudahkan Allah swt dalam menjalani tes seleksi CPNS dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS). Penulis akhirnya dapat menjadi dosen di UNS sesuai cita-cita penulis sejak kuliah S1 melalui jalur tes tertulis. Penulis sangat bersyukur dengan nikmat Allah ini. Keberhasilan penulis mendapatkan pekerjaan yang layak merupakan kebahagiaan dan kebanggaan orang tua. Penulis melihat sendiri bagaimana bahagia dan bangganya orang tua penulis ketika mengetahui penulis lolos tes CPNS dan diterima menjadi dosen PNS. Profesi dosen adalah sebuah profesi yang tidak pernah terbayangkan oleh kedua orang tua penulis. Ayah penulis yang hanya lulusan PGA dan ibu yang tidak tamat SD mungkin tidak pernah mengira kalau suatu saat nanti salah satu anak mereka akan menjalani profesi tersebut. Dulu ketika penulis mengutarakan niat ingin ikut seleksi tes CPNS dosen, ayah penulis berkata, “Opo le, tes dosen? opo kowe iso le”. Penulis pun menimpali “kulo badhe nyobi rumiyin. Kulo nyuwun doa pangestunipun bapak”. Ayah penulis kemudian menimpali lagi “Yo le, bapak mung iso dongake. Mugo-mugo kowe iso lulus lan kelakon cita-citamu”. Penulis pun mencium tangan ayah dan berangkat mengikuti tes seleksi CPNS di kampus UNS.

Tiga tahun kemudian sejak menjadi dosen, ketika penulis mampu membeli rumah sendiri dari uang hadiah lomba menulis buku, orang tua penulis sangat senang sekali. Akhirnya ada anak mereka yang mampu memiliki rumah sendiri. Ketika mengetahui proses pembangunan rumah sedang berlangsung, ayah senang sekali dan beberapa kali menengok proses pembangunan rumah. Terlihat di wajah ayah pancaran cahaya rasa bangga dan bahagia. Setelah beberapa waktu kemudian, kehidupan penulis semakin membaik dan tingkat perekonomian juga semakin baik. Penulis pun akhirnya bisa membelikan beberapa perlengkapan rumah untuk orang tua seperti lemari es, mesin cuci, kompor gas, sofa tamu, dan lain-lain. Akhirnya sedikit demi sedikit kehidupan orang tua penulis semakin membaik. Demikian juga kehidupan saudara penulis juga semakin membaik perekonomiannya. Sekarang, kehidupan penulis dan keluarga penulis Alhamdulillah sudah membaik. Penulis dan kakak penulis sama-sama menjalani profesi sebagai dosen, sedangkan adik penulis menjadi guru SMP.

Dari perjalanan kehidupan yang pernah penulis jalani, penulis belajar arti sebuah perjuangan. Optimisme dan spirit meraih kesuksesan hidup menuju kehidupan yang lebih baik memang harus diperjuangkan. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Tidak ada waktu yang terbuang percuma. Semuanya diperhitungkan oleh Allah swt. Allah telah menunjukkan kuasa-Nya dengan mengubah kehidupan penulis dan keluarga penulis menjadi lebih baik. Allah swt telah menunjukkan sifat Maha Pemurah-Nya dengan mengabulkan doa-doa dan harapan penulis dan orang tua penulis. Hanya kepada-Nya lah penulis berharap dan menyerahkan segalanya. Hanya ungkapan rasa syukur yang mampu penulis panjatkan kepada-Nya. Semoga penulis dan keluarga penulis tetap menjadi hamba-hamba yang pandai bersyukur dan memiliki jiwa rendah hati dan welas asih pada sesama. Amin. []

 

Sumber Bacaan :

Joe Vitale. (2016). The Awakened Millionaire : a Manifesto for the Spiritual Wealth Movement. New Jersey : John Wiley & Sons,Inc.

 M. Quraish Shihab. (2020). Kosakata Keagamaan. Tangerang Selatan : Penerbit Lentera Hati.

 

___________________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih Juara 1 nasional lomba penulisan buku di Kemenag RI (2007), penulis buku tersertifikasi BNSP, penulis dan pengiat literasi yang telah menulis 30 judul buku, dan konsultan penerbitan buku pelajaran bidang kimia dan IPA.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer