Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Dulu kehidupan penulis
tidaklah seberuntung sekarang. Dulu untuk makan lauk ayam goreng saja perlu
menunggu satu tahun saat lebaran idul fitri. Makan dengan lauk tahu tempe pun
tidak mesti setiap hari. Seringnya lauknya adalah ikan asin (gereh) yang digoreng
atau kalau tidak punya minyak goreng ya dibakar di atas abu tungku bakar
(keren). Jadi sebelum ikan asin tersebut dimakan terlebih dahulu dibersihkan
dari abu yang menempel. Demikianlah jalan kehidupan yang penulis alami di masa
kecil.
Di samping permasalahan
ekonomi, kehidupan masa kecil penulis juga diwarnai dengan suasana kehidupan
keluarga yang kurang membahagiakan karena adanya permasalahan internal orang
tua sehingga mengakibatkan ayah ibu berpisah tempat tinggal walau masih dalam
ikatan pernikahan. Penulis dan kakak laki-laki penulis tinggal bersama ayah di
Boyolali sedangkan kedua kakak perempuan dan adik penulis ikut bersama ibu
tinggal di Karanganyar.
Karena hanya tinggal
bersama ayah dan kakak laki-laki, maka segala urusan rumah dari mulai makanan
hingga penyediaan seragam sekolah ditangani ayah. Waktu ayah dan ibu berpisah
tempat tinggal, penulis waktu itu masih sekolah TK sedangkan kakak laki-laki
penulis sekolah MTs (setingkat SMP). Nah, setiap penulis pulang sekolah pasti
di rumah tidak ada orang karena ayah baru pulang sore hari dan kakak pulang
bakda dhuhur. Biasanya sehabis pulang sekolah, penulis ganti baju terus main
bersama teman-teman sampai siang. Terkadang penulis ditawari makan siang di
rumah tetangga karena tetangga tahu kalau di rumah penulis belum ada makanan.
Setelah beberapa kali
menerima tawaran makan siang di rumah tetangga, akhirnya kakak penulis
mengetahui. Kakak melarang penulis menerima tawaran makan di rumah tetangga.
Walau kakak penulis waktu itu baru seusia siswa SMP, tetapi kakak sudah
memiliki pemikiran seperti orang dewasa. Kondisi kehidupan yang keras telah
memaksa kakak lebih cepat menjadi orang yang bersikap dan berpikir seperti
orang dewasa.
Kakak sering mensihati
penulis agar menjadi orang yang kuat (mental). Salah satu nasihat kakak penulis
ke penulis kurang lebih seperti ini "Kita memang dari keluarga tidak
mampu, tapi jangan menjadi orang bermental lemah dengan suka menerima bantuan
orang lain. Walau kita hidup serba kekurangan, kita harus bisa menjadi orang
yang kuat. Kita harus memiliki harga diri. Kondisi keluarga kita sekarang harus
menjadi penyemangat kita untuk berjuang agar kelak hidup kita menjadi lebih
baik".
Dalam perjalanan
kehidupan penulis, peran kakak penulis cukup besar dalam membentuk kepribadian
penulis. Kami sering berdiskusi tentang permasalahan keluarga. Kakak sering
memberikan nasihat ke penulis supaya sekolah dengan benar agar nanti bisa
memperoleh pekerjaan yang baik dan dapat hidup dengan layak.
Kami berdua terus
berjuang bersemangat memperbaiki kehidupan dengan cara menjalani pendidikan di
sekolah dengan sebaik-baiknya. Kakak menekuni bidang ilmu agama Islam dengan
melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam, sedangkan penulis lebih
menyukai ilmu sains dengan melanjutkan kuliah di PTN mengambil jurusan
pendidikan kimia.
Setelah bertahun-tahun
berjuang tanpa mengenal lelah dan disertai doa-doa orang tua, alhamdulillah
kami berdua akhirnya dapat mewujudkan cita-cita kami. Kami berdua sekarang
sama-sama bekerja sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi. Kakak menjadi
dosen agama Islam di STAIMUS Surakarta dan penulis sendiri menjadi dosen kimia
di UNS.
Semangat kakak untuk
mengajak penulis maju tidak berhenti sampai di situ. Kakak meneruskan dengan
mengajak dan menyemangati penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
doktoral. Akhirnya kakak melanjutkan studi lanjut S3 duluan di IAIN Semarang
dan penulis baru bisa menyusul kakak mengambil studi lanjut S3 satu tahun
kemudian di UNY.
Demikian sekelumit
kisah perjuangan dua orang kakak beradik yang ingin memperbaiki kehidupan.
Kondisi kehidupan yang serba kekurangan bukannya membuat lemah tetapi justru
menjadi titik balik memperbaiki kehidupan. Semoga bermanfaat. Aamiin. []
*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang
Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007),
Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah
menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA,
dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar