Powered By Blogger

Jumat, 18 September 2020

TITIK BALIK KEHIDUPAN

 


Oleh :

Agung Nugroho Catur Saputro

 

Dulu kehidupan penulis tidaklah seberuntung sekarang. Dulu untuk makan lauk ayam goreng saja perlu menunggu satu tahun saat lebaran idul fitri. Makan dengan lauk tahu tempe pun tidak mesti setiap hari. Seringnya lauknya adalah ikan asin (gereh) yang digoreng atau kalau tidak punya minyak goreng ya dibakar di atas abu tungku bakar (keren). Jadi sebelum ikan asin tersebut dimakan terlebih dahulu dibersihkan dari abu yang menempel. Demikianlah jalan kehidupan yang penulis alami di masa kecil.

Di samping permasalahan ekonomi, kehidupan masa kecil penulis juga diwarnai dengan suasana kehidupan keluarga yang kurang membahagiakan karena adanya permasalahan internal orang tua sehingga mengakibatkan ayah ibu berpisah tempat tinggal walau masih dalam ikatan pernikahan. Penulis dan kakak laki-laki penulis tinggal bersama ayah di Boyolali sedangkan kedua kakak perempuan dan adik penulis ikut bersama ibu tinggal di Karanganyar.

Karena hanya tinggal bersama ayah dan kakak laki-laki, maka segala urusan rumah dari mulai makanan hingga penyediaan seragam sekolah ditangani ayah. Waktu ayah dan ibu berpisah tempat tinggal, penulis waktu itu masih sekolah TK sedangkan kakak laki-laki penulis sekolah MTs (setingkat SMP). Nah, setiap penulis pulang sekolah pasti di rumah tidak ada orang karena ayah baru pulang sore hari dan kakak pulang bakda dhuhur. Biasanya sehabis pulang sekolah, penulis ganti baju terus main bersama teman-teman sampai siang. Terkadang penulis ditawari makan siang di rumah tetangga karena tetangga tahu kalau di rumah penulis belum ada makanan.

Setelah beberapa kali menerima tawaran makan siang di rumah tetangga, akhirnya kakak penulis mengetahui. Kakak melarang penulis menerima tawaran makan di rumah tetangga. Walau kakak penulis waktu itu baru seusia siswa SMP, tetapi kakak sudah memiliki pemikiran seperti orang dewasa. Kondisi kehidupan yang keras telah memaksa kakak lebih cepat menjadi orang yang bersikap dan berpikir seperti orang dewasa.

Kakak sering mensihati penulis agar menjadi orang yang kuat (mental). Salah satu nasihat kakak penulis ke penulis kurang lebih seperti ini "Kita memang dari keluarga tidak mampu, tapi jangan menjadi orang bermental lemah dengan suka menerima bantuan orang lain. Walau kita hidup serba kekurangan, kita harus bisa menjadi orang yang kuat. Kita harus memiliki harga diri. Kondisi keluarga kita sekarang harus menjadi penyemangat kita untuk berjuang agar kelak hidup kita menjadi lebih baik".

Dalam perjalanan kehidupan penulis, peran kakak penulis cukup besar dalam membentuk kepribadian penulis. Kami sering berdiskusi tentang permasalahan keluarga. Kakak sering memberikan nasihat ke penulis supaya sekolah dengan benar agar nanti bisa memperoleh pekerjaan yang baik dan dapat hidup dengan layak.

Kami berdua terus berjuang bersemangat memperbaiki kehidupan dengan cara menjalani pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya. Kakak menekuni bidang ilmu agama Islam dengan melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam, sedangkan penulis lebih menyukai ilmu sains dengan melanjutkan kuliah di PTN mengambil jurusan pendidikan kimia.

Setelah bertahun-tahun berjuang tanpa mengenal lelah dan disertai doa-doa orang tua, alhamdulillah kami berdua akhirnya dapat mewujudkan cita-cita kami. Kami berdua sekarang sama-sama bekerja sebagai tenaga pengajar di perguruan tinggi. Kakak menjadi dosen agama Islam di STAIMUS Surakarta dan penulis sendiri menjadi dosen kimia di UNS.

Semangat kakak untuk mengajak penulis maju tidak berhenti sampai di situ. Kakak meneruskan dengan mengajak dan menyemangati penulis untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral. Akhirnya kakak melanjutkan studi lanjut S3 duluan di IAIN Semarang dan penulis baru bisa menyusul kakak mengambil studi lanjut S3 satu tahun kemudian di UNY.

Demikian sekelumit kisah perjuangan dua orang kakak beradik yang ingin memperbaiki kehidupan. Kondisi kehidupan yang serba kekurangan bukannya membuat lemah tetapi justru menjadi titik balik memperbaiki kehidupan. Semoga bermanfaat. Aamiin. []

 

 ____________________________________

*) Penulis adalah staff pengajar di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih juara 1 nasional bidang Kimia pada lomba penulisan buku pelajaran MIPA di Kementerian Agama RI (2007), Penulis buku tersertifikasi BNSP, Penulis dan pegiat literasi yang telah menerbitkan 30 judul buku, Konsultan penerbitan buku pelajaran Kimia dan IPA, dan Reviewer jurnal ilmiah terakreditasi SINTA 2.

Tidak ada komentar:

Postingan Populer