Oleh :
Agung Nugroho Catur Saputro
Beberapa hari yang
lalu ketika dalam perjalanan pulang dari kampus, sebuah pesan WA masuk yang
ternyata dari istri tercinta. Sebuah pesan berupa video. Ketika saya buka pesan
video tersebut, ternyata isinya adalah video tentang perkembangan bidadari
kecil kami.
Dalam video rekaman
tersebut tampak putri cantik kami yang sedang belajar berjalan merangkak dan
dia sukses merangkak dari kamar ke ruang keluarga. Saya senang sekali melihat
video tersebut. Memang demikian yang sering dilakukan oleh istri saya, setiap
ada kemajuan dari perkembangan si cantik akan direkam dan diforward ke saya.
Pembaca yang budiman,
setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini sudah membawa potensinya
sendiri-sendiri. Setiap bayi yang dilahirkan sudah dibekali oleh sang Maha
Pencipta berupa fitrah untuk berkembang dan berproses sesuai blueprint yang
telah dititipkan di diri anak tersebut. Di awal kehidupannya, sang bayi hanya
menjalankan tugas perkembangannya untuk mempersiapkan diri memasuki kehidupan
barunya.
Ketika mengamati
perkembangan putri kecil kami, terkadang muncul pertanyaan-pertanyaan di
pikiran, dari mana ia belajar merangkah? Dari mana ia mengetahui harus mulai
merangkak? Dari mana ia bisa melatih teknik-teknik mulai merangkak? Dan
pertanyaan-pertanyaan lain.
Seorang bayi tidak
memiliki rekaman memori tentang urutan-urutan perkembangan yang harus ia
jalani, karena ia belum pernah melihatnya. Lantas, dari mana sang bayi
mengetahui kapan ia harus mulai belajar duduk, merangkak, kapan ia harus mulai
belajar merangkak, kapan ia harys mulai belajar berdiri yang lanjut berjalan,
dan lain-lain.
Semua tahapan-tahapan
perkembangan tersebut secara alami dijalankan oleh sang bayi. Ya, sang bayi
hanya menjalankan tugas perkembangannya saja sesuai yang ditetapkan oleh Allah
swt, Tuhan Penciptanya. Sang bayi sangat tunduk dan patuh pada perintah
Tuhannya. Sang bayi hanya mewujudkan "iradah" Allah swt yang
tersimpan di dirinya. Sang bayi hanya sekedar menjalankan fitrah kehidupannya.
Kalau kita mengamati proses bagaimana seorang bayi belajar mengeksplorasi kemampuan-kemampuannya seperti tengkurap, merangkak, berdiri dan berjalan, kita akan mengetahui bahwa bayi tersebut tidak secara tiba-tiba bisa melakukannya, tetapi ia mencoba berkali-kali tanpa mengenal lelah dan terkadang mencoba beberapa cara ketika belum berhasil. Sang bayi terus mencoba mengenali dan berlatih menguasai berbagai kemampuan yang ia yakini bisa dikuasai. Ia terus mencoba sampai akhirnya meraih kesuksesannya. Ia percaya dirinya pasti mampu yang dibuktikan dengan semangatnya untuk terus mencoba. Sang bayi tidak putus asa karena ia percaya pada Tuhannya. Di sini lah letak "Tawakal" nya sang bayi.
Merujuk pada proses
perjalanan kehidupan seorang bayi tersebut, bagaimana dengan kita? Apakah kita
mampu berperilaku seperti seorang bayi yang sedang belajar? Apakah tingkat
tawakal kita kepada Allah swt sama seperti tawakalnya seorang bayi? Apakah
ketika mengalami permasahan hidup kita mampu bersikap seperti seorang bayi?
Apakah kita memiliki sikap optimis seperti optimisnya seorang bayi? Marilah
kita merenungkan kondisi diri kita masing-masing. Semoga hasil perenungan diri
ini mampu membuat kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Aamiin.
Demikian sekelumit
catatan kecil penulis hari ini sebagai bagian dari muhasabah diri. Semoga
bermanfaat. Salam literasi.
-----------------------------------------------------------
*) Penulis adalah staff pengajar di
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS), Peraih
Juara 1 Nasional bidang kimia pada lomba penulisan buku pelajaran di Kemenag RI
(2007), penulis buku tersertifikasi BNSP, penulis dan pegiat literasi yang
telah menerbitkan 30 judul buku, dan konsultan penerbitan buku pelajaran bidang
kimia dan IPA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar